BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Khamis, 23 Disember 2010

~Ketika Allah Memilihmu Untukku..~



Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..
Ingin ku beri tahu padamu..
Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia..
Orang tua yg begitu sempurna..
Dengan cinta yg begitu membuncah..
Aku dibesarkan dgn limpahan kasih yang tak terhingga..
Maka, padamu ku katakan..
Saat Allah memilihmu dalam hidupku,
Maka saat itu Dia berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku..
Memperlakukanku dgn sayang yang begitu indah..


Padamu yang Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku,
Aku bukanlah wanita sempurna, seperti yang mungkin kau harapkan..
Maka, ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu, Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dgn keberadaanmu.
Dan aku tahu, Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna..
Dan ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu..
Karena kelak kita akan satu..
Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku,
Kau dan aku akan menjadi 'kita'..


Padamu yg Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, sejak kecil Allah telah menempa diriku dgn ilmu dan tarbiyah,
Membentukku menjadi wanita yg mencintai Rabbnya..
Maka ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu, Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dgn ilmuNya.. Maka gandeng tanganku dalam mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita..
Itulah visi pernikahan kita..
Ibadah pada-Nya ta'ala..


Padamu yg Allah tetapkan sebagai nahkodaku..
Ingatlah.. Aku adalah mahlukNya dari tulang rusuk yang paling bengkok..
Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah..
Maka, ketahuilah.. Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah,
Sungguh hatiku tetaplah wanita yg lemah pada kelembutan..
Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah..
Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah..
Namun tatap mataku, tersenyumlah..
Tenangkan aku dgn genggaman tanganmu..
Dan nasihati aku dgn bijak dan hikmah..
Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu..
Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..


Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku..
Ketahuilah, ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan..
Maka dimataku kau adalah yang terindah,
Kata2mu adalah titah untukku,
Selama tak bermaksiat pada Allah, akan ku penuhi semua perintahmu..
Maka kalau kau berkenan ku meminta..
Jadilah hunian yg indah, yang kokoh…
Yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..


Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku…
Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita..
Maka didiklah mereka menjadi generasi yg dirindukan syurga..
Yang di pundaknya akan diisi dgn amanah-amanah dakwah,
Yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad..
Yang darahnya mengalir darah syuhada..
Dan ku yakin dari tanganmu yg penuh berkah, kau mampu membentuk mereka..
Dengan hatimu yg penuh cinta, kau mampu merengkuh hati mereka..
Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu..


Padamu yang Allah pilih sebagai imamku…
Ku memohon padamu.. Ridholah padaku,
Sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi..
Mudahkanlah jalanku ke Surga-Nya..
Karena bagiku kau adalah kunci Surgaku..



-----@***@-----


( Oleh Aztriana 180610/ 01'50 Makassar.. ^_^v )


Dari Ummu Salamah, ia berkata, "Rasulullah S.A.W bersabda : "Seorang perempuan jika meninggal dan suaminya meridhoinya, maka ia akan masuk surga." (HR. Ahmad dan Thabrani)

~Apabila Mata Telah Tertutup~



Tabir malam dan siang silih ganti. Entah bila akan terhenti. Ataukah sebelum terhentinya pergiliran waktu tersebut, rupanya kita sendiri yang terlebih dahulu terhenti.

Hati tertanya, terhenti apakah itu?Pastinya terhenti daripada menikmati kenikmatan kehidupan. Terhenti daripada menambah amal atau harta, terhenti daripada mencipta ilusi demi ilusi kehidupan.

Hati bertanya lagi, akan segarkah pepohonan bahagia yang disemai.?Jika tidak, hati tertanya lagi,Baja ataukah racun yang ditabur pada pepohonan bahagia tersebut?Sehingga tiada kehijauan syurgawi. Tiada merasai ranumnya buah kasturi. Tiada terhidu wanginya haruman kasturi.

Sebaliknya…

Sebaliknya apa!!?? Gertak hati. Kaku. Seolah olah semakin mengerti. Rupanya pepohonan bahagia yang diharapkan rupanya pepohonan berduri derita. Rupanya, taburan baja bukanlah baja. Tetapi racun. Pohon tumbuh tetapi berpenyakit. Ah, tertipu sudah hati oleh kerana dunia. Lupa bahawa ilusi tetap ilusi. Barulah terasa pahitnya zaqqum dan hanyirnya darah. MasyaAllah. Kalam Allah mengingatkan hamba-Nya di dalam Surah Al-A’raf ayat 34 :

…apabila telah datang ajal mereka, sekali-kali mereka tidak dapat menunda atau menyegerakan walau sesaat pun. (Al-A’raf :34)

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya,,,(Qaf : 19)

Ilmu, Iman & Taqwa

Perangkap syaitan hanya boleh di atasi dengan kombinasi iman dan taqwa. Kehebatan syaitan di dalam merangka strategi menyesatkan manusia sangat ditakuti oleh ahli ibadah. Tetapi tidak bagi yang memiliki kombinasi iman dan taqwa. Iman dan taqwa didapati daripada ilmu. Maka ilmu yang disemai akan menghasilkan buah iman dan taqwa. Ahli Ibadah atau Abid ini di ibarat seorang pejuang mujahidin di medan perang yang sangat sengit dan mencabar tetapi berperang tanpa senjata. sebaliknya Ahli ilmu pula ibarat seorang pejuang mujahidin yang memiliki senjata iman dan taqwa.

Siapakah paling diyakini untuk menang menentang syaitan laknatullah? Ahli abid atau ahli ilmu? Tentulah yang bersenjata. Syaitan menipu abid dengan senjatanya iaitu segala yang boleh mengkhayal atau melekakan manusia; ianya ialah Kenikmatan dunia! itulah senjatanya. Oleh sebab itulah Allah swt mengingatkan manusia :

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabuut:64)

Usahlah tertipu dengan kenikmatan dunia. Manusia disuruh untuk menikmati nikmatnya dunia tetapi jangan sampai terhanyut oleh buaian ombak dunia. Malah diseru agar setia pada tauhid dan memelihara syariatnya.
Semoga, kita dihindari daripada termasuk di dalam golongan orang yang lupa kepada Allah swt.


Lumrahnya,
Manusia seringkala lupa,
Pada pegangan janji setia,
Ketika belum membuka mata,
Ketika belum mengenal benda,
Janji dikota setia pada yang Esa,
Namun lupa pabila berada di dunia,

Apabila harta dunia mengaburi mata
Halal haram disapu semata,
Pangkat dan jawatan yang dipinta,
Memenuhi perut diri sendiri saja,
Tidak ingatkah atau terlupa,
Dunia ini persinggahan sahaja,
Menanti ajal menjemput kita,
Entah bila masanya tiba,

Apabila mata layu tidak berdaya,
Mulut pun kunci tidak mampu berkata,
mulalah ingat pada yang Esa,
Hendak beramal badan tak berdaya,
Mungkin sudah sampainya masa,
Ajalnya menjemput ke alam baqa,
Harta, anak, isteri sudah tiada,
hanya amalan yang dibawa,

Sesungguhnya manusia mudah lupa!

Rabu, 22 Disember 2010

~انّ لله و انّ اليه راجعون~



Bismillahirrahmanirrahim....Assalamualaikum w.b.t...
sekadar sedikit perkongsian cerita yg ingin sy coretkan...

Semalam,selesai menimba ilmu di kelas Constitunional Law,sy berjalan pulang ke Mahallah bersama kawan2. Jam menunjukkan pukul 1.15 minit petang,azan zuhur mula berkumandang. Selesai azan dilaungkan,terdengar imam masjid UIAM membuat announcement:-
"Assalamualaikum..InsyaAllah after solat zuhur,we will perform solat janazah....etc."
Dalam hati mengucapkan innalillahiwainna ilaihiraaji'un...al-fatihah...dalam masa yg sama fikiran mula ligat berfikir. Masanya telah tiba,entah bila pula masaku akan menjelma. Terasa terlalu bnyk dosa2 yg telah aku lakukan di dunia namun tidak pula aku kembali kepada Yang Maha Pengampun. Allahuakbar...ampuni dosa2ku ya Allah.

Sehari berlalu...hari ini sy memulakan hari baru lagi. Jam 8.30 pagi, sy bersiap2 untuk ke majlis ilmu. Buku2 ku susun kemas di dlm beg. Sempat sy menikmati keindahan pagi di UIA,dengan pemandangan yg dihiasi dedaun hijau dan kelihatan masjid yg tersergam indah di tengah2 bangunan. Inilah salah satu sebab kenapa sy suka dgn bilik sekarang,sb blh nmpak masjid. Bila hati x tenang,selain berdoa,sy akan duduk di meja study,merenung Masjid yg sangat indah.

Sedang sibuk mnyiapkan diri, tiba2 terdengar suara imam dari masjid UIAM mengumumkan sesuatu. Pengumuman seperti yg kudengar semalam..innalillahiwainna ilaihiraaji'un...al-fatihah...sekali lagi hatiku beristighfar...astaghfirullahal'azim...seorang insan lagi sudah smpi masanya..bila lagi masaku akan tiba...kecut hatiku memikirkan kematian yang entah bila akan menjemputku.

Selesai kelas Islamic Criminal Law,sy dan kawan2 menuju ke center berhmapiran masjid. Kelihatan van jenazah di persekitaran masjid. Mungkin van jenazah pagi tadi kot. Pulang ke mahalaah, selesai memnunaikan solat zuhur, sy cuba melelapkan mata sekejap sambil mendengar lagu2 nasyid. Seraya mata yg hampir terlelap,mata dan hati sy terbuka luas apabila mendengarkan bait2 lagu nasyid ini...

Ku Merintih, Aku Menangis,
Ku Meratap, Aku Mengharap,
Ku Meminta Dihidupkan Semula,
Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata,

Perjalanan Rohku,
Melengkapi Sebuah Kembara,
Singgah Di Rahim Bonda,
Sebelum Menjejak Ke Dunia,
Menanti Di Barzakh,
Sebelum Berangkat Ke Mahsyar,
Diperhitung Amalan,
Penentu Syurga Atau Sebaliknya,

Tanah Yang Basah Berwarna Merah,
Semerah Mawar Dan Jugak Rindu,
7 Langkah Pun Baru Berlalu,
Susai Talkin Penanda Syahdu,
Tenang Dan Damai Di Pusaraku,
Nisan Batu Menjadi Tugu,
Namun Tak Siapa Pun Tahu Resah Penantianku,

Terbangkitnya Aku Dari Sebuah Kematian,
Seakan Ku Dengari,
Tangis Mereka Yang Ku Tinggalkan,
Kehidupan Disini Bukan Suatu Khayalan
Tetapi Ia Sebenar Kejadian

Kembali Oh Kembli,
Kembalilah Kedalam Diri,
Sendirian Sendiri,
Sendiri Bertemankan Sepi,
Hanya Kain Putih Yang Membaluti Tubuhku,
Terbujur Dan Kaku,
Jasad Terbujur Didalam Keranda Kayu,

Ajal Yang Datang Dibuka Pintu ,
Tiada Siapa Yang Memberi Tahu,
Tiada Siapa Pun Dapat Hindari,
Tiada Siapa Yang Terkecuali,
Lemah Jemari Nafas Terhenti,
Tidak Tergambar Sakitnya Mati,
Cukup sekali Jasadku Untuk Mengulangi,

Jantung Berdenyut Kencang,
Menantikan Malaikat Datang,
Mengigil Ketakutan Gelap Pekat Dipandangan,
Selama Ini Diceritakan
Kini Aku Merasakan
Dialam Barzakh Jasad Dikebumikan

Ku Merintih, Aku Menangis,
Ku Meratap, Aku Mengharap,
Ku Meminta Dihidupkan Semula,
Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata..

Serentak jantung berdegup kencang..Selesai lagu dimainkan,azan asar bergema dari masjid. Saya tersedar,terus mengucapkan ampunan,astaghfirullahal'azim...Allah banyak menunjukkan kekuasaanNYA kpda sy pada hari ini. Allah seakan2 ingin mengingatkan hambaNYA yg lalai ini bahawa mati akan datang pada bila2 masa sahaja...terima kasih ya Allah...hari ini sy rasakan hari yg cukup bermakna buat saya...hari yg baru bg sy...Ya Allah,terima kasih kerana menjadikan hariku hari yg sangat bererti...semoga hari esok adalah lebih baik untukku daripada hari ini...begitu juga hari2 seterusnya...amin Ya Rabb..solat asar perlu ditunaikan...:)

Khamis, 16 Disember 2010

~Buat Hati Yang Ketandusan Cinta~


Sabarlah duhai hati.

Tak perlu kau tagih cinta manusiawi yang bersifat sementara.

Ada cinta yang lebih kekal abadi buat dirimu.

Ada cinta yang bisa membuatkan kau mengalirkan airmata ketika hati merindui.

Ada cinta yang mampu memberikan ketenangan pada jiwamu ketika kamu dilanda keresahan.

Ada cinta yang boleh kau jadikan tempat merintih bila kesedihan datang menjenguk.

Ada cinta yang mampu memberikan apa sahaja yang kamu inginkan.

Namun, kadang-kadang cintamu itu pasti diuji.

Sekuat manakah cintamu pada-Nya, sehebat manakah kasih kamu pada-Nya.

Ujian datang dalam pelbagai cara.

Hatta sekecil-kecil perkara untuk menilai kesetiaanmu pada-Nya.

Andai kata kuat dan tetap hatimu pada-Nya, maka bergembiralah.

Jika hatimu goyah dan meragui kasih sayang-Nya selepas didatangkan ujian pada dirimu, maka sedarlah bahawa nilai cintamu disisi-Nya masih lemah.

Kembalilah pada cinta-Nya yang lebih agung dari kecintaanmu buat dunia dan isinya.

Sudah menjadi sunnah-Nya, setiap yang bergelar mukmin pasti akan diuji.

Dari ujian itulah, Dia mencari hamba-hamba-Nya yang benar-benar mendambakan keredhaan dari-Nya.

Apakah kau sanggup menghadapi segalaan ujian itu?

Namun, tidak ramai yang mahu mencari cinta yang kekal abadi ini kerana tidak mahu dilanda ujian-ujian ini.

Tidak ramai yang mahu mengeluarkan keringat hatta darah sekalipun untuk merasai manisnya cinta yang bertunjangkan kekuatan aqidah terhadap yang Khalid ini.

Maka sabarlah duhai hati.

Apabila telah kau rasakan manisnya cinta dari sang Pencipta,

maka tak perlu lagi kau kejar cinta manusiawi yang rata-ratanya berlandaskan nafsu semata.

Bila telah kau tetapkan hati untuk mencintai Tuhan sekalian alam, maka itulah sebenar-benarnya kecintaan yang sejati.

Dan dalam perjalanan menelusuri denai cintai terhadap-Nya yang sudah pasti disaluti onak dan duri,

akan didatangkan seorang yang turut sama mencintai-Nya sebagaimana dirimu juga.

Sebagai peneman dan yang akan menyempurnakan sebahagian daripada imanmu.

Yang padanya ada ketenangan dan kebahagiaan berpaksikan Tuhan yang Maha Satu.

Maka sabarlah duhai hati.

Tidak perlu kau gundah gulana andainya kau masih tidak berkasih dengan manusia.

Dia akan datang. Itu sudah pasti.

Namun datangnya tiada siapa yang tahu kecuali Dia sang Pencipta cinta itu.

Moga datangnya cinta insani itu, akan menguatkan lagi kecintaanmu buat sang Pencipta cinta itu sendiri.

Kerana jiwa yang sepi tanpa cinta dan kasih dari-Nya, adalah umpama padang pasir yang kegersangan.

Isnin, 13 Disember 2010

~Memikat Hati Si Dia~


"Ustaz, saya bakal melangsungkan perkahwinan Februari nanti. Harapnya, dapatlah saya dengar sedikit sebanyak nasihat dari ustaz sebagai bekal saya menempuh bahtera rumah tangga nanti," seorang sahabat dari seberang laut bertanyakan nasihat saya di suatu sore.

"Alahai Azman, awak pun tahukan, saya ni tunang pon tidak, macam mana nak jawab soal nikah kahwin ni..?" Saya menambah humor, menyempitkan jurang kami.

"Tak pernah pulak ustaz tak jawab kalau saya tanya sesuatu sebelum ni..?" Beliau menyoal saya semula.

"Kalau awak tanyakan pasal Fiqh Minoriti tentang rakan-rakan kita di Kutub Utara, mungkin ana boleh cuba jawab. Tapi, kalau soal rumah tangga ni, susah sikit untuk saya respon. Belum ada pengalaman!" Saya cuba mendekatkan lagi telinga dan hati beliau terhadap pesan saya selepas ini. Biar hati itu betul-betul terbuka luas untuk menerima, sebelum saya menyuapkan resepi agung untuk berumahtangga.

Bukan alim, bukan berpengalaman. Hanya berkongsi apa yang pernah saya baca dan jumpa. Berkawan dengan orang tua-tua menemukan saya silibus yang tak akan ditemui dalam bilik kuliah.

"Apa matlamat utama awak?" Saya cuba membuat tawaran.

"Saya nak membahagiakan isteri saya," jawab beliau ikhlas. Nada suaranya sudah berubah. Sesuai dengan topik yang sedang kami bincangkan. Langkah ini langkah susah dan payah. Langkah kedua untuk mendirikan ummah yang berpayungkan khilafah.

"Kalau macam tu, senang sahaja. Pikat hati si dia. Ikatkan dengan hati awak. Pastikan hidup mati awak bersama. Bercinta hingga ke syurga, bak kata Ustaz Hasrizal," saya cuba mempromosikan produk.

"Nak pikat macam mana tu..? Boleh dikongsikan sedikit..?" Nada suaranya semakin ghairah untuk dijamukan resepi saya. Inilah masanya, umpan sudah mengena.

"Pertama sekali, selepas awak dan dia sudah halal dengan terlafaznya 'aku terima nikahnya', kucup dahinya dalam-dalam. Kalau berpeluang, kucuplah matanya. Kemudian, ucapkan di telinga si dia yang awak sangat cintakan si dia. Tapi, jangan lupa untuk ucapkan juga syukur pada yang mengurniakan cintanya pada awak, ALLAH. Sujud syukur! Lepas itu, ucapkan juga terima kasih yang tidak terhingga kerana sudi menerima awak sebagai peneman hidup," saya sedikit bersungguh sewaktu bercerita.

"Aiwah, romantik pulak ustaz ni. Pasti cair hati isteri saya nanti," galak suaranya dengan sedikit ketawa di seberang talian sana.

"Lepas tu, kalau berpeluang, rancangkan bulan madu bersama isteri. Tak perlu belanja yang tinggi, cuma pastikan peluang itu peluang yang berkualiti. Selaraskan komunikasi, selaraskan denyut nadi dan serasikan matlamat serta tujuan hidup masing-masing. Bersedia untuk menerima kekurangan dan mengiktiraf kelebihan masing-masing. Bincangkan masa depan dan satukan imaginasi korang berdua."

"Sekali sekala, adakan surprise untuk si dia walau hanya sekuntum bunga. Kalau ada bajet yang lebih, mungkin boleh dibelikan sesuatu yang lebih berharga."

"Satu lagi, nafkah. Ini perkara penting yang telah digariskan dalam syariat kita. Jangan lewat untuk menunaikan kewajipan awak walau isteri awak ada kerjaya."

"Seterusnya, jangan lupa, bila awak terpaksa berpisah atau tinggalkan si dia sementara waktu, kucup dahi dan matanya sebelum tinggalkan rumah dan selalukanlah untuk utuskan kata-kata rindu supaya hatinya sentiasa subur dengan bunga-bunga cintanya terhadap awak. Pastikan kamu sentiasa menghubunginya setiap masa. Jangan terlewat walau sesaat cuma."

"Lebih penting, tunjukkan yang si dia lebih penting dari segala-galanya. Jangan pula awak liat untuk bertanyakan khabar kondisi si dia sedang dalam masa yang sama, awak saban hari memeriksa enjin dan kondisi Produa Myvi di depan tangga!" Sedikit humor saya selitkan dalam wasiat yang agak sinis ini. Lalu, sedikit gelakan dapat saya tangkap di hujung talian.

"Jangan lupa, bincangkan secara baik, jadual pulang berhari raya. Bimbang si dia terluka kalau tidak pulang ke rumah mertua. Jadi, jangan kedekut untuk korbankan kampung halaman untuk kebahagiaan si dia."

"Huih, banyak benar ye petua ustaz, macam pakar! Ayat pula power, macam dah bercucu tiga. Ada lagi ke ustaz? Saya dah makin bersemangat ni," Azman semakin bersemangat. Setiap patah perkataan saya dicerap sebaik-baiknya. Respon pula sentiasa ada dicelahan setiap nasihat dan idea.

"Ye, ada lagi. Mungkin ini yang paling istimewa. Bila dah ada cahaya mata nanti, cinta kamu akan terbahagi dua. Separuh untuk isteri dan separuh untuk anak-anak. So, jangan lupa untuk ungkapkan penghargaan yang tidak terhingga sepanjang tempoh hamil sehingga selepas bersalin. Ungkapan kita akan menjadi penguat semangat si dia untuk terus menempuh saat kritikal sepanjang tempoh hamil dan proses melahirkan bayi. Saya ada satu resepi rahsia," saya memancing lagi.

"Apa tu ustaz, tolonglah jangan rahsia, nanti rumah tangga saya kurang bahagia," usiknya sambil diselangi ketawa bahagia.

"Ok, resepi rahsianya, apabila anta sambut ulang tahun kelahiran anak-anak, hadiahkan juga cenderahati penghargaan kepada si dia yang berkorban 9 bulan mengandungkan anak-anak."

"Ada lagi ustaz?" Suaranya semakin galak.

"Habis. Setakat itu sahaja," saya memutuskan kata-kata. Titik noktah diletakkan di hujung bicara.

"Hai, saya tengah bersemangat ni... jantung pun tengah kencang berdegup, janganlah berhenti mengejut begitu ustaz. Nanti boleh jatuh strok saya jadinya." Selorohnya meminta perbualan kami diperpanjangkan lagi.

"Kalau awak strok, wasiatkan tunang awak untuk saya," saya berseloroh sambil ketawa bersahaja.

"Kalau awak masih sudi, masih ada resepi yang kurang menarik. Jarang orang suka mendengar resepi ini. Kalau awak betul-betul mahu, saya boleh sambung," nada suara saya mendatar.

"Boleh, saya sedia. Saya tahu, pasti akan ada manfaatnya," Azman masih bersemangat.

"Resepi ini bukan untuk memikat hati. Tapi untuk menghidupkan hati yang separuh mati. Mengesat air mata yang tak nampak alirannya. Meredakan pekikan suara hati yang tidak zahir bunyinya. Awak nak dengar ke?" Nada saya bertukar sedikit serius.

"Apa tu ustaz?" Nadanya kini berubah.

"Awak pernah kucup dahi ibu sendiri?" Tanya saya ringkas.

"Belum," ringkas juga jawapan Azman.

"Kucupi dahi ibu kamu sebelum kamu mengucup dahi isteri. Ibu itu yang berkorban 9 bulan mabuk, loya dan letih mengandungkan kita dan bersabung nyawa melahirkan kita. Mengasihi kita tanpa sebarang syarat ataupun mahar mahupun nafkah. Dahi ibu kita lebih layak untuk kita kucup sebelum kita kucup dahi isteri yang baru kita kenali beberapa bulan."

"Pernah awak berbulan madu dengan ibu? Berkongsi tujuan dan matlamat hidup dengan ibu? Bergurau senda dan bermanja-manja dengan ibu? Kalau belum, honeymoon dulu dengan ibu awak. Kelak nanti, hatinya tidak begitu remuk melihat bahagianya bulan madu kita bersama isteri dengan melupakan jasa ibu yang pernah meletakkan seluruh hidupnya untuk kebahagiaan kita. Bahagianya honeymoon kita sehingga terlupa untuk menghubungi ibu anta di desa sana."

"Pernah awak berterima kasih pada ibu kerana melahirkan awak? Ibu yang sepanjang hidupnya menemani hidup awak? Kalau masih belum diungkapkan, segerakanlah ia sebelum awak berterima kasih kepada isteri yang sudi menjadi peneman hidup awak. Ibu tua itu lebih aula (utama) menerima ucapan itu."

"Pernah surprisekan ibu awak dengan sesuatu hadiah yang istimewa? Kalau belum, surprisekan dulu si ibu itu. Nescaya, hatinya kembali berbunga-bunga. Ibu itu pastinya sunyi bila kehilangan kita, anak kesayangannya."

"Sewaktu kita mengira belanja harian dan nafkah untuk isteri, fikirkan juga nafkah dan belanja untuk ibu kita yang tak bergaji di desa sana. Ibu itu telah membesarkan kita tanpa sebarang upah mahupun bayaran. Ye, duit yang kita akan kirimkan itu bukannya bayaran terhadap kasih sayang mereka, tapi ianya menjadi tanda yang kita juga masih mengingati malah menyayangi mereka."

"Man, saya yakin, mak awak sangat sunyi waktu ini. Saban detik, telinganya pasti ingin mendengar deringan dari seberang laut. Pasti matanya selalu menatap potret awak yang digantung atau yang terselit di celah dompet. Hubungilah ibu awak sekerap yang mungkin. Kalaupun tidak seminggu sekali, pastikan dalam sebulan, khabar awak sampai kepada mak yang jauh di kampung."

"Man, kalau dengan satu ibu dan satu ayah, kita sudah tidak mampu untuk memikat hati kedua-duanya, saya bimbang lebih banyak hati-hati yang akan terluka selepas kita mempunyai dua ibu dan dua ayah."

Gelak ketawa bertukar menjadi esak dan sendu. Nada Azman yang riang kini berubah ke sebaliknya. Saya menghentikan kalam seketika. Suasana hening seheningnya. Hanya sedikit gangguan dari gelombang talian yang seakan-akan turut terpengaruh dengan suasana.

"Saya tak berniat untuk menghancurkan impian bahagia awak. Tapi, saya yakin dengan sempurnanya plot ini, awak akan lebih berbahagia. Ummat ini akan lebih berbahagia."

"Saya yakin yang awak sudah maklum. Bait Muslim (keluarga Islam) tidak akan sempurna tanpa sempurnanya Individu Muslim. Bagitulah juga, Masyarakat Muslim tidak akan lahir dari Bait Muslim yang tempang. Khilafah tidak akan terbina dengan Masyarakat yang tidak stabil. Bersemangatlah, kitalah pemulanya. Saya yakin, tarbiah yang awak lalui telah menjadikan awak Fardul Muslim (individu Muslim) yang baik. Tinggal lagi, Allah akan mendidik awak untuk melahirkan Bait Muslim yang baik. Adikku Azman, inilah jalannya."

"Go home and love your family."

Jawapan Mother Teresa selepas ditanyakan tentang bagaimana untuk mempromosikan keamanan kepada dunia. Pertanyaan itu diajukan beliau menerima Hadiah Nobel Keamanan pada tahun 1979.

"Sebaik-baik kamu adalah oran yang paling baik hubungannya dengan ahli keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik untuk keluargaku." - Hadis

Pastikan perkahwinan kita membahagiakan sejuta hati. Memuaskan sejuta jiwa. Menghidupkan sejuta roh dan menyelamatkan sejuta ummah.

Mulailah dari diri kita. Dari rumah kita. Dari Isteri dan anak-anak kita. Dari masyarakat kita. Dari negeri kita. Dari negara kita. Moga payung khilafah akan menaungi kita kelak.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum sehinggalah mereka mengubah nasib mereka sendiri." - Al-Quran

Hasan Husaini, Darul Muttaqin, Mu'tah, Jordan

~3 Golongan Allah Azab~


Nabi SAW bersabda :-
Ertinya : "Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat (bermakna tiada bantuan dari dikenakan azab) mereka di hari kiamat : Si penderhaka kepada ibu bapa, si perempuan yang menyerupai lelaki dan si lelaki DAYUS" ( Riwayat Ahmad & An-Nasaie: Albani mengesahkannya Sohih : Ghayatul Maram, no 278)

Penerangan Ulama Tentang Lelaki Dayus
Jika kita melihat tafsiran oleh para ulama berkenaan istilah Dayus, ia adalah seperti berikut :-
Ertinya : "seseorang yang tidak ada perasaan cemburu (kerana iman) terhadap ahlinya (isteri dan anak-anaknya) (An-Nihayah,2/147 ; Lisan al-Arab, 2/150)
Imam Al-'Aini pula berkata : "Cemburu lawannya dayus" ( Umdatul Qari, 18/228 )

Berkata pula An-Nuhas :
Ertinya : cemburu ( iaitu lawan kepada dayus ) adalah seorang lelaki itu melindungi isterinya dan kaum kerabatnya dari ditemui dan dilihat (auratnya) oleh lelaki bukan mahram " (Tuhfatul Ahwazi, 9/357)

BILA LELAKI MENJADI DAYUS?
Secara mudahnya cuba kita lihat betapa ramainya lelaki akan menjadi DAYUS apabila :-
1) Membiarkan kecantikan aurat, bentuk tubuh isterinya dinikmati oleh lelaki lain sepanjang waktu pejabat (jika bekerja) atau di luar rumah.

2) Membiarkan isterinya balik lewat dari kerja yang tidak diketahui bersama dengan lelaki apa dan siapa, serta apa yang dibuatnya di pejabat dan siapa yang menghantar.

3) Membiarkan aurat isterinya dan anak perempuannya dewasanya terlihat (terselak kain) semasa menaiki motor atau apa jua kenderaan sepanjang yang menyebabkan aurat terlihat.

4) Membiarkan anak perempuannya ber'dating' dengan tunangnya atau teman lelaki bukan mahramnya.

5) Membiarkan anak perempuan berdua-duaan dengan pasangannya di rumah kononnya ibu bapa 'spoting' yang memahami..

6) Menyuruh, mengarahkan dan berbangga dengan anak perempuan dan isteri memakai pakaian yang seksi di luar rumah.

7) Membiarkan anak perempuannya memasuki akademi fantasia, mentor, gang starz dan lain-lain yang sepertinya sehingga mempamerkan kecantikan kepada jutaan manusia bukan mahram.

8) Membiarkan isterinya atau anaknya menjadi pelakon dan berpelukan dengan lelaki lain, kononnya atas dasar seni dan lakonan semata-mata. Adakah semasa berlakon nafsu seorang lelaki di hilangkan?. Tidak sekali-sekali.

9) Membiarkan isteri kerja dan keluar rumah tanpa menutup aurat dengan sempurna.

10) Membiarkan isteri disentuh anggota tubuhnya oleh lelaki lain tanpa sebab yang diiktoraf oleh Islam seperti menyelematkannya dari lemas dan yang sepertinya.

11) Membiarkan isterinya bersalin dengan dibidani oleh doktor lelaki tanpa terdesak dan keperluan yang tiada pilihan.

12) Membawa isteri dan anak perempuan untuk dirawati oleh doktor lelaki sedangkan wujudnya klinik dan hospital yang mempunyai doktor wanita.

13) Membiarkan isteri pergi kerja menumpang dengan teman lelaki sepejabat tanpa sebarang cemburu.

14) Membiarkan isteri kerap berdua-duan dengan pemandu kereta lelaki tanpa sebarang pemerhatian.

Terlalu banyak lagi jika ingin saya coretkan di sini. Kedayusan ini hanya akan sabit kepada lelaki jika semua maksiat yang dilakukan oleh isteri atau anaknya secara terbuka dan diketahui olehnya, adapun jika berlaku secara sulit, suami tidaklah bertanggungjawab dan tidak sabit 'dayus' kepad dirinya.

Mungkin kita akan berkata dalam hati :-
" Jika demikian, ramainya lelaki dayus di kelilingku"
Lebih penting adalah kita melihat, adakah kita sendiri tergolong dalam salah satu yang disebut tadi.

Awas wahai lelaki beriman..jangan kita termasuk dalam golongan yang berdosa besar ini.
Wahai para isteri dan anak-anak perempuan, jika anda sayangkan suami dan bapa anda, janganlah anda memasukkan mereka dalam kategori DAYUS yang tiada ruang untuk ke syurga Allah SWT.
Sayangilah dirimu dan keluargamu. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Akhirnya, wahai para suami dan ayah, pertahankan agama isteri dan keluargamu walau terpaksa bermatian kerananya. Nabi SAW bersabda :
من قتل دون أهله فهو شهيد
Ertinya : "Barangsiapa yang mati dibunuh kerana mempertahankan ahli keluarganya, maka ia adalah mati syahid" ( Riwayat Ahmad , Sohih menurut Syeikh Syuaib Arnout)
Sekian

Ahad, 12 Disember 2010

~Calon Solehah~


Usai berdoa seperti kelaziman, dia meraup wajahnya. Sunat selepas maghrib menjadi penutup ibadah senjanya lewat petang itu. Hajat memang ada untuk sama-sama meraih pahala berganda di masjid, namun keletihan diri terlebih dahulu merantai keinginan mulia itu. Serik rasanya beradu kekuatan di padang bola bersama dengan orang Arab. Ganas, agresif dan kasar. Semuanya bersatu dan berpadu dan membuahkan natijah yang kurang menyenangkannya. Tersungkur jugak dia dibentes lawan. Tangannya mencapai minyak habbatussauda’ untuk disapukan pada bahagian yang sudah nampak lebam biru kehitaman. Kakinya hampir saja kejang.

Aduh! Dia mengeluh. Matanya terpaku pada penanda buku unik yang terselit malu pada Tafsir Quran. Jamahan matanya menyatakan dalam kiasan nurani penanda buku itu unik rekaannya. Seunik bicara dan hujah pemberi “book mark” itu. Kemas dengan kesan “liminate”, berukuran comel 30cm panjang kali 5cm lebar. Kalimah bertinta ungu itu menarik perhatiannya malah tersemat utuh di hatinya. Terkesan siapa yang membaca hikmah puitis itu.

“Layakkah kita untuk mengasihi manusia sekiranya kasih dan cinta kita pada Pencipta manusia itu masih belum mantap. Tepuklah dada tanyalah iman.”

Semusim percutianku sebelum melanjutkan pengajian di Universiti Yarmouk ini, sememangnya meninggalkan kesan yang mendalam pada hatiku. Alasan yang aku kemukakan semata-mata untuk mengelak apabila Tok Ayah persoalkan tentang jodoh ternyata membuahkan satu mutiara kenangan. Kenangan yang menautkan dua hati melalui penyatuan idea mengenai CALON SOLEHAH.

“Mencari seorang calon isteri yang solehah bolehlah kita umpamakan sebagai mencari gagak putih. Semakin ia bernilai maka lazimnya semakin susah untuk kita dapatkan. Agaknya inilah penyebab ramainya anak muda yang masih mencari-cari jodoh sedangkan umur semakin meningkat…lewat menunaikan seru,”

“ Hafiz, kamu tidak mahu berkahwin ke?” eh, tiba-tiba pula Tok Ayah mengutarakan soalan cepu mas ini. Pengajian memang sudah tamat namun hajat di hati ingin menyambung ke peringkat sarjana masih segar.

“Bukan tak berkeinginan Tok Ayah tapi..hajat nak mencari yang solehah. Biar dunia tidak berat sebelah,” harap-harap inilah alasan yang agak kukuh.

“Nak cari yang benar-benar solehah, bukanlah satu usaha yang mudah. Nak yang solat di awal waktu, hormati ibu dan ayah, pandai mengaji Quran, menutup aurat..ish, banyak sungguh ciri-ciri kamu Hafiz..alamat, sampai Tok Ayah berumah kat batu dua lah baru sampai hajat..”

“ Susahlah Tok Ayah…yang sipi-sipi ada lah jugak jumpa…”sempat juga aku melontarkan idea spontan aku. Tok Ayah hanya menggeleng.

Pertemuan dengan Raihanah berlaku secara tidak sengaja, ketika bersama-sama Tok Ayah singgah ke warung pagi itu. Suka benar Tok Ayah dengan nasi lemak air tangan ibu saudara Raihanah. Dia kurang mengenali siapa Raihanah. Malah daripada cerita ibu saudaranya itu Raihanah adalah anak abangnya yang tinggal di Kedah. Tamat pengajian gadis itu bermastautin sementara di kampungnya. manis tapi jarang tersenyum. Kulit asianya terlindung di sebalik baju t-shirt labuh paras lutut dan bertangan panjang itu, dengan tudung turki bercorak flora. Tiada yang istimewa sangat! Namun peristiwa malam itu di surau ternyata membuktikan bahawa gadis itu bukanlah sebarangan gadis. Mempunyai daya tarikan pada yang tahu menilai mutiara wangian syurga ini.

“Calon isteri yang solehah…orang lelaki nak yang solehah sahaja, tapi kadangkala diri sendiri dia tak check betul-betul,” ngomel seorang gadis ketika perbincangan ilmiah pada malam itu apabila Tok Ayah menyatakan mengenai topic tersebut. Aku sekadar tersenyum. Kelaziman kuliah maghrib lebih berbentuk ilmiah untuk menarik golongan muda bersama-sama meluahkan pendapat. Mendengar kata-kata gadis itu aku tersenyum sendirian.

“Raihanah ada sebarang pendapat?” soal tok ayah apabila gadis bertelekung putih itu hanya sekadar menjadi pemerhati debat tidak formal itu.

“Sekadar pendapat tok ayah…jika kita nak bakal zaujah kita seorang yang solehah, yang bertaqwa saya ada satu tips,”riuh seketika.

“Sebelum kita kaji dan telek bakal isteri kita paling afdal kita telek diri kita dulu. Teropong dulu takat mana iman dan taqwa kita,” aku sedikit terkelu.
Macamana agaknya? Namun persoalan itu hanya berlegar-legar di fikiran kosong aku, tidak terluah.

“Nak dapat bakal isteri yang solehah, paling penting syarat utamanya solehkan dulu diri anda. Di sinilah dapat kita kaitkan konsep bakal isteri yang solehah untuk bakal suami yang soleh. tabur ciri-ciri suami soleh dalam diri. Siramkan sahsiah mulia dengan sifat mahmudah lelaki soleh. Aku mengangguk tanda setuju dengan pendapat bernas itu.

“Tapi, ada jaminan ke kita akan mendapat bakal isteri yang solehah?” ada qariah muda berani untuk mengutarakan soalan.

“Bergantung pada diri kita sebenarnya. Suburnya ciri-ciri lelaki soleh pada diri kita insyaAllah akan meningkatkan iman dan taqwa kita. Semakin cerahlah peluang untuk kita mendapat calon yang solehah. Jodoh adalah kerja Allah. Ingatlah jaminan Allah dalam surah Nisa’ bahawa lelaki yang soleh telah ditetapkan akan dipertemukan dengan perempuan yang solehah. Lelaki yang mukmin untuk perempuan yang mukminat.”

Raihanah melepas lelah barangkali. Lalu dia tersenyum. “ Teruskan usaha mencari calon yang solehah. Tapi, dalam masa yang sama tingkatkan nilai kesolehan anda. Inilah strategi serampang dua mata, macam DEB. Cuma satu nasihat saya, jangan letakkan syarat bakal zaujah itu terlalu tinggi,”

“Kenapa pulak?” Tanya Tok Ayah. Eh, Tok ayah pun mengambil bahagian juga?

“Bukankah hakikat sebuah perkahwinan adalah saling melengkapi. InsyaAllah jika ada yang kurang pada bakal zaujah, tampunglah selepas perkahwinan tersebut. Hal iman dan taqwa janganlah diambil remah. Jangan nak berlebih dan berkurang dalam hal mencari pasangan kita. Mengambil kata-kata daripada laman Kemudi hati dalam Anis, kebanyakan lelaki menilai dan meletakkan piawaian yang tinggi untuk bakal zaujahnya tetapi merendahkan piawaian itu untuk dirinya…itu adalah silap tafsir.”

Alhamdulillah, sekarang terbuka sudah pemikiran ruang lingkup. Aku tersenyum. Terima kasih Raihanah. Tok Ayah juga tersenyum. Ada hikmah di sebalik semua ini.

“Hafiz, ada surat untuk anta daripada Malaysia…”kenyitan mata Syahid sewaktu menyerahkan surat bersampul ungu itu diikuti dengan gelak tawa rafiknya yang lain mematikan lamunannya.

Senyuman yang berbunga di bibir Syahid seolah-olah memberitahunya bahawa warkah itu sudah pastinya daripada tunangannya, Raihanah, calon pilihan Tok Ayah, dan juga hatinya yang kini sedang meneruskan pengajian peringkat sarjana Undang-undang di Universiti Islam Antarabangsa. Alhamdulillah, gadis inilah yang telah menemukannya titik noktah pencarian calon solehah.

Syukur Ya Allah.

Rabu, 8 Disember 2010

~Anugerah jihad ini~


“Seutuh kasihmu sayang,adalah dambaan hatiku, syukur atas rahmat Tuhan Yang Satu… …..Ikhlas mencintaimu...Abang.”

Air mataku mengalir lebat membasahi pipi. Aku terkenang kembali nostalgia kisah suka dukaku bersama insan yang telah berjanji setia mengasihiku hingga ke akhir hayatnya. Dalam debu-debu nipis yang membaluti sampul kecil tanda terakhir cintanya buatku, ada tersirat rasa kasih yang mendalam darinya untuk diriku ini dengan izin Allah Rabbul ‘izzati….

Fikiranku kembali mengingati seraut wajahnya yang tenang setenang air di kali. Tidak pernah hatiku di sakiti, jauh sekali menguji sedalam mana ikhlasnya cintaku dan setinggi mana kesabaranku menanti hadirnya sebagai raja dalam hidup ini, sentiasa dibibirnya mengungkap rasa rindu padaku sekalipun setelah kami berumah tangga. Hidupku bahagia dengan hadirnya Hadi Hafis, suamiku dunia akhirat,Insya Allahu Rabbi.

Bermulanya perkenalan kami di sebuah institusi pengajian tinggi luar negara. Walaupun kami tidak sefakulti, namun jodoh menemukan hati ini. Hadi adalah kasih pertama yang hadir dalam hidupku. Bermula dengan sebuah sajak “Sesuci wajahmu Hawa” nukilannya, hatiku mula tertaut pada Hadi. Sajak dalam risalah pelajar Muslim “an-Nas” itu kugunting dan kusematkan di dalam diari hijauku (kebetulan warna kegemaran Hadi). Namun kusimpan rasa kasih itu dalam-dalam kerana kuyakin perasaan ini akan menjadi jihad yang tinggi nilainya di sisi seorang muslimah sepertiku. Itu janji Allah buat insan bergelar perempuan dan aku tidak mahu ketinggalan merasai ganjaran itu walau aku akur, bukan mudah untuk menolak keinginan berterus-terang. Sesekali terdetik perasaan untuk aku memulakan perkenalan,namun imanku menepis rasa di hati dengan istighfarku kepada Allah.

Terkadang, apabila berselisih dengannya, jantungku berdegup kencang. Ingin saja ku melemparkan senyuman yang paling manis buat insan yang telah menambat hati dan mewarnai hidup ini namun maluku mengatasi segalanya. Alhamdulillah, sesekali aku diusik rakan-rakan tapi aku tidak mengalah. Ego untuk membela akhlakku menyelamatkan diri ini dari terus menjadi usikan rakan-rakan. Aku hanya membisu, tidak mahu aku layani telatah rakan-rakanku kerana aku tidak mahu nafsu amarah ini kalah dengan jihad yang sedang kubina atas dasar kasihku pada Allah Yang Maha Satu.

Dikala mindaku bercelaru, aku pasti merehatkan diriku di bangku taman universiti. Kehijauan taman itu membuatkan benakku berfikir tentang keesaan Allah sekali gus meleraikan kesedihan jiwa. Bertemankan sebuah buku bertajuk “Semanis Kesabaran” nukilan Syeikh Ahmad hadiah dari ayah sebelum aku berangkat ke sini, aku duduk bermuhasabah memikirkan betapa lemahnya jiwaku. Tidak setanding mujahadah yang berjuang membela Islam di serata dunia, berjuang dengan syahadah yang jitu dan matlamat yang satu, bertunjangkan keimanan dan ketauhidan terhadap Allah. Pernah satu ketika, mindaku buntu memikirkan ujian Allah yang tidak pernah putus mendambakan kesabaranku menunaikan kifayah ini. Mengenang nasib ibu dan ayah di kampung yang semakin tua dimamah usia,dengan pendapatan yang tak seberapa menyara kehidupan kami 3 beradik dan kerana ini jualah sebenarnya kubenamkan rasa cinta yang berputik buat Hadi. Aku mahu menjadi seorang anak yang dapat membela masa depan keluarga dan membalas jasa orang tua yang telah mencurahkan sepenuh kasih sayang mereka buatku hingga ke hari ini.

Tiba-tiba kedengaran ucapan salam dari seorang lelaki, lamunanku tersentak. Namun aku tidak mendongak. Rasa malu sudah datang menerpa tapi mengapa?? Ya,suaranya seperti pernah kudengar sebelum ini. Suara yang selalu menggamit mindaku untuk berpindah ke alam khayalan. Suara yang selalu datang dalam mimpiku. Suara yang sering mengimami jemaah solah di surau universiti, ikhlas dan penuh rasa rendah diri. Kusambut salamnya dengan penuh debaran. Seketika itu aku terasa mahu lari dari tempat itu, balik ke bilik dan menelekupkan mukaku ke bantal. Aku tahu mukaku tidak merah kerana kulitku bukannya putih tapi hitam manis. Hmmmm..satu advantage buatku. Aku hanya menguntum senyum dibibir. Muncul satu perasaan yang sukar aku gambarkan. Senyumku berbalas, bahagia. Cepat-cepat aku membetulkan posisiku,supaya aku tidak terus hanyut dalam perasaan itu. Aku tunduk dan lelaki itu melabuhkan punggungnya di bangku kayu jati bersebelahan tempat rehlahku. Hadi…Namun dia tidak lama di situ. Setelah menghulurkan sebuah bungkusan hijau kepadaku, Hadi berlalu pergi. Sekali lagi ucapan salamnya kedengaran. Beserta bungkusan itu ada sekeping kertas putih bercoret tinta biru. Mujur sebentar saja pertemuanku dengan Hadi petang itu. Aku tak mahu di salah erti dan aku tahu Hadi juga begitu.

Aku melangkah pulang kebilik. Kugenggam pemberian Hadi sekemas mungkin dengan penuh tanda tanya. Setelah selesai menunaikan fardhuku kepada Allah dan memohon doa padaNya, aku berbaring di katil. Segera kubuka warkah Hadi yang belum sempat kubaca. Hatiku terharu dengan warkahnya yang pertama buatku itu.

“ buat kenalanku Firdaus…
Maaf sekiranya warkah ini mengganggu saudari ketika ini. Persoalan yang terbuku di minda membuatkan Hadi ingin sekali mengetahui apakah permasalahan di minda saudari yang sering Hadi lihat duduk berseorangan dan berduka dibangku taman universiti. Bukan sekali Hadi lihat saudari di situ, tapi hampir setiap petang. Niat Hadi bukan untuk menyibuk tentang hal saudari, cuma mahu mengetahui mungkin ada sesuatu yang boleh Hadi bantu untuk meringankan beban di hati dan mengembalikan keriangan yang pernah Hadi lihat di wajah Firdaus ketika dulu. Maaf sekali lagi andai warkah Hadi ini tiba pada waktu yang tidak sepatutnya. Sekian dulu dari Hadi,ma’assalamah.”

Aku melipat kemas warkah itu dan kusimpan di dalam diari hijauku. Aku tahu bibirku sekali lagi menguntum senyuman yang paling manis. Kali ini menampakkan baris gigiku yang putih bersih, hasil pengamalan sunnah rasulullah untuk bersugi setiap kali sebelum solah. Aku menghela nafas panjang. Kuletakkan diariku disisi dan seketika itu aku di buai mimpi.

Semenjak dari itu,aku semakin akrab dengan Hadi. Namun keakraban kami bukan seperti yang selalu digambarkan dalam kaca tv. Akrab yang aku maksudkan adalah dari segi peringatan yang selalu Hadi beri buatku,dalam bentuk sajak,cerpen dan puisi. Hadi memang pandai menulis. Hasil karangannya sungguh terkesan dihati ini. Setiap kali membaca coretan penanya, mindaku terasa ringan dari bebanan masalah. Berpesan-pesan kepada kebenaran dan berpesan-pesan pada kesabaran. Dengan firman Allah itulah, hatiku semakin yakin menundukkan rasa tekanan yang sering datang menggoyahkan sabarku terhadap cubaan yang diberiNya.

Pada setiap bulan puasa, Hadi tidak pernah lupa mengirimkan berkotak-kotak kurma buatku. Katanya berseloroh dalam warkah yang disertakan bersama sekotak kurma yang dikirimnya melalui Hafizah rakan sekuliahku,“ Kurma ini ‘pemanis muka’ buat saudari Firdaus di sana. Segar Hadi petik dari tanah suci. Bila kita berumah tangga nanti, bolehlah kita menunaikan haji bersama-sama ya.” Dalam hatiku, aku mengaminkan selorohnya. Pernah jua Hadi mengirimkan nota-nota fotostat yang dikumpulnya dari rakan-rakan fakulti perubatan dan memberinya kepadaku. Dia berpesan supaya berusaha untuk menunaikan kifayah ini dengan sebaik-baiknya. Sudah pasti harapan itu tidak kuhampakan. Harapan dari seorang lelaki yang sungguh istimewa dalam hidupku, namun dia tidak pernah tahu. Hasilnya,Alhamdulillah. Aku cemerlang dalam setiap peperiksaan tahunanku.

Hadi selalu mengirimkanku doa-doa yang didapatinya dari kitab-kitab ulama terkemuka. Katanya doa itu senjata umat Islam, usaha itu datang bersamanya dan tawakkal mengiringi setiap usaha yang tidak pernah mati.

6 tahun berlalu, akhirnya aku berjaya meraih ijazah yang kuidam-idamkan selama ini. Air mata kesyukuranku tumpah ke bumi. Aku bergelar doktor kini. Cintaku Hadi (walau dia tidak pernah tahu sehingga kini) bergelar professor di salah sebuah universiti di tanah air. Warkahnya yang hadir setiap bulan menemani hidupku dan membakar semangatku untuk terus berjaya ke akhirnya. Harapanku untuk menjadi insan yang istimewa dalam hidup Hadi tidak pernah padam. Seawal tahun pertama kami disini, ibu dan ayah tidak menyertaiku pada hari bahagia itu. Namun ku tahu, doa merekalah yang menjadi tunggak kejayaan yang kuperoleh. Dalam hatiku, kupanjatkan kesyukuran yang teramat sangat kepada Allah. Aku tidak mungkin dapat merasai kegembiraan ini tanpa izinNYa.

Kepulanganku disambut ibu dan ayah. Kedut-kedut di dahi ibu kucium sepuas-puasnya. Urat hijau yang timbul di tangan ayah kukucup dengan penuh kerinduan. Tidak sabar rasanya untuk aku berjumpa dengan adik-adik yang telah kutinggalkan 6 tahun dahulu. Pastinya mereka sedang menunggu kepulanganku dengan gembira. Setibanya di rumah, Ahmad berlari mendapatkanku, adikku yang paling kecil sekali. Sudah pasti dia mengenaliku dari gambar yang kukirimkan kepada keluarga setiap tahun sejak tahun pertama lagi. Adikku Jannah menunggu di halaman rumah dengan senyuman yang penuh ceria. Masih kuingat lagi,sewaktu aku meninggalkannya, Jannah menangis mahu mengikutku bersama-sama. Kini Jannah sudah remaja, berkain batik, anak dara sunti lagaknya. Dia menyambut tanganku lantas mengucupnya dengan titisan air mata. Dia memang tidak pernah berubah. Mudah sekali mengalirkan air mata. Memang dia manja denganku. Kehangatan inilah yang kutunggu selama 6 tahun ini,untuk bersama keluarga yang telah lama aku tinggalkan demi sebuah impian untuk menjadi doktor.

Malam itu ayah menyuarakan sesuatu yang mengejutkan aku. Seseorang telah datang merisik diriku. Jannah menyiku sambil tersenyum simpul. “Hadi Hafis,” kata ayah. Mahu saja aku menjerit kesyukuran ketika itu tapi ku tahan. Ku tahan perasaanku. Ku tundukkan muka dan tiba-tiba saja refleksku mengambil alih pergerakkanku. Aku bingkas bangun dan meninggalkan ayah, ibu dan adik-adik di meja makan selepas meminta diri. Terasa bodoh pula tindakanku ketika itu. Aku berlari mendapatkan diari hijauku di bawah bantal. Kubuka surat Hadi yang dikirimkan dalam bentuk sajak ‘Pabila tiba masanya’.

Aduhai Hawa,
Pabila tiba masanya. Aku pasti berlari mendapatkanmu,
Mendapatkan kasihmu yang seindah pelangi alam,
Yang setenang air di muara kasih,
Yang sesuci hamparan cinta kau simpan dalam ketaqwaan…

Wahai Hawa,
Bila gerimis menyelimuti pawana,
Petir menjalar di langit hitam,
Dan bila sengsara datang bertandang,
Bermunajatlah dengan penuh rasa kehambaan,
Agar syahadahmu kukuh bertautan….

Bersabarlah Hawa,
Kerana kesabaran itu seindah mutiara
Tercipta didasar lautan,
Walau sebesar mana gelombang mendatang,
Sinarnya tetap gemilang,
Dan begitulah hakikatnya sabar,
Yang pasti menyelamatkan kewarasanmu dari hilang….

Sungguh wahai Hawa,
Dihati ini ada perasaan yang sukar kuungkapkan kepadamu,
Kerana wajahmu yang penuh rahsia,
Kerana wajahmu yang membuatkan ingatanku pulang,
Pada yang Maha Esa,
Menjadikan lidahku kelu berkata-kata…..

Kugenggam erat warkah itu dan ku baca berulang kali. Seolah-olah mimpi jadi kenyataan. Hadi bakal suamiku. Kedengaran pintu bilikku diketuk berulang kali. Emak masuk dan melemparkan senyuman yang selalu aku rindu suatu ketika dahulu. Kata emak,semuanya terpulang padaku, “Mahu atau tidak…emak tak kisah,asalkan anak emak gembira” Kuberbisik di telinga emak tanda memberikan kata setuju. Kukucup jemari kurus emak lantas emak membalas dengan belaian yang penuh kasih. Walau emak sudah semakin berusia, segar kasihnya masih lagi seperti dulu.

Hadi Hafis dan Ikhwatul Firdaus selamat diijab kabulkan. Banyak yang aku pelajari dari perkongsian hidupku dengan Hadi. Rajukku di pujuk, lembut dan tenang. Sedihku di redakan dengan kemanisan wajahnya dan belaiannya cintanya padaku dan begitu juga aku,menyayanginya dengan sepenuh jiwa. Dialah lelaki pertama dan terakhir yang akan menjadi raja hidupku ini. Aku cuba menjadi isteri yang solehah walau kelemahan ku tetap muncul di sana sini. Namun suamiku tidak pernah menyuarakan ketidak puasan hatinya. Tidak pernah sekalipun lakunya menampakkan kekuranganku, tidak pernah sekali keluhan terhembus dari bibirnya. Kelemahanku dibaikinya dan diganti dengan kekuatan. Ya,kekuatan sebagai seorang wanita Islam yang perlu berjuang menegakkan agama dalam setiap gerak lakunya. Begitulah pesan Hadi yang kini kupanggil’abang’.

Setiap kali selesai solat, Abang akan memberikan tazkirah buat peringatan kami dunia akhirat. Tidak pernah sekali abang terlepas dari menjadi imam solat fardhu ketika kami sama-sama dirumah. Tahajjud pun kami lakukan berjemaah. Sungguh aku rasa bahagia manisnya berumah tangga yang cintanya berlandaskan syiar Islam. Masih aku ingat lagi,sewaktu malam pertama aku dan abang, kami solat hajat dan sujud syukur bersama-sama. Kata abang,biarlah landasan dan tapak masjid yang kami bina ini atas dasar ibadah ,bukan nafsu semata-mata. Hingga ke hari ini, pesan abang bersemadi di hati.

Setelah 6 tahun berumah tangga,kami dianugerahkan 3 cahaya mata. Malam itu,abang Hadi menyuarakan hasratnya padaku tentang menunaikan rukun Islam yang kelima bersamaku dan anak-anak. Ya,seperti dalam selorohnya yang ku aminkan dulu, aku tersenyum sendirian. Pastinya aku setuju dengan cadangan itu. Abang Hadi menanggung perbelanjaan ibadah itu, hasil simpanan sejak di universiti lagi katanya. Aku terharu. Kata Abang Hadi, umrah dan haji biarlah dilakukan bersama-sama sementara waktu mengizinkan, seperti yang selalu diingatkannya, ‘hidup sebelum mati’.

Setelah tamat kursus haji kami berangkat ke Tanah Suci. Ibadah yang kami lakukan berjalan lancar .Cuma abang Hadi kelihatan tidak begitu sihat seperti sebelumnya. Apabila ditanya, hanya kuntuman senyum yang diberikan kepadaku,seperti selalu. Di Tanah Suci kupanjatkan kesyukuran kepada Allah yang telah memakbulkan pinta hajatku selama ini. Hanya Dia yang tahu sedalam mana cintaku kepada abang Hadi. Hanya Allahlah tempat aku bermohon selama ini. Hanya Dialah yang berkuasa memberi dan menarik balik rezeki. Aku bersujud kepada Allah malam itu dengan penuh rasa rendah diri. Ku doakan hidup dan mati kami sekeluarga serta keturunan kami dalam iman dan taqwa serta redhaNya. Biarlah hidup dan mati kami dalam limpah kurniaNya.

Malam itu abang Hadi batuk tidak berhenti-henti. Badannya panas dan mukanya merah seperti menahan kesakitan. Sebagai seorang doktor,bukan mudah bagiku memeriksa tubuh itu. Tambahan pula, itu suamiku, cintaku, kasihku. Doktor yang bertugas memberi tahu bahawa abang Hadi diserang demam panas. Abang Hadi mungkin tidak dapat mengikuti kami bertawaf keesokan hari jadi abang Hadi terpaksa tinggal di apartment. Aku sebagai isteri tidak mungkin sanggup meninggalkan abang Hadi seorang diri. Sepanjang hari aku menemani suamiku, aku hanya mengalirkan air mata di sisinya. Aku fahami kesakitannya namun hanya dengan izin Allah abang Hadi akan sembuh semula. Segala medikasi yang disediakan ku berikan kepada Hadi dengan penuh harapan agar dia sihat seperti sedia kala. Pipiku diusapnya, lemah tidak bermaya namun kehangatan kasihnya masih terasa. Dalam nafasnya yang lemah,abang Hadi berpesan kepadaku.

“Sayang…..terima kasih abang ucapkan buat dirimu Terima kasih atas kasih sayang yang tak pernah padam darimu buat abang, terima kasih kerana memberikan abang anak-anak yang soleh dan solehah,InsyaAllah.” Abang Hadi menarik nafas panjang dan menyambung kata-katanya. Kulihat air mata kasihnya berjuraian disisi. Ini kali kedua kulihat abang menangis, kali pertama adalah sewaktu melihat aku melahirkan anak sulungku, Miftahus Solihin bin Hadi Hafis.

“Sayang,ingatlah tautan kasih yang terjalin antara kita dengan izin Allah. Panjatkanlah syukurmu buatNya sayang. Jangan pernah lupa…Teruskan mendidik anak-anak kita mendalami Islam dan menjaga iman mereka dengan sepenuh jiwa. Berjuanglah membela Islam dan jangan berhenti sebelum menang. Buat dirimu sayang,abang sejak dulu tidak pernah lupa berdoa agar kau menjadi milik abang suatu hari nanti. Alhamdulillah,hajat abang termakbul. Maafkan kesalahan abang andai kata abang pernah melukakan hatimu.” Dan aku lihat Abang terlena, manik-manik putih dimatanya berjuraian lagi. Kukucup pipi abang, sendu semakin terpahat di hati ini.

Malam itu,abang memanggilku dan anak-anak supaya berada di sisinya. Abang berpesan kepada anak-anak kami supaya menjagaku sebaik-baiknya dan bersikap mengikut sunnah Rasululullah. Pesan abang,jadikanlah sabar itu sebagai asas perjuangan hidup kami dalam dunia yang semakin mencabar keimanan ini. Anak-anakku terus menerus membaca Al-fatihah. Itulah yang dipesan oleh Hadi kepada anak-anak kami. “Al-Fatihah itu sedekahkanlah kepada emak dan ayah. Tak kiralah dimana pun kamu semua berada. Utuhkanlah ikatan kekeluargaan kita dan tanggungjawab yang terpikul dengan iman di dada. Selesaikanlah semua permasalahan antara kita dengan merujuk kepada kitabNya.” Anakku yang sulung membelai rambut ayahnya. Ku lihat anak-anakku membeningkan tangisan di mata mereka. Abang memandangku dengan mata yang sayu “ ...”kata abang. Walau matanya tak bersinar seperti dulu,namun keikhlasannya tetap kurasai. Tanganku digenggamnya seerat mungkin. Kubisikkan syahadah ditelinga abang, “asyhadu alla ilaa ha illallah...” Abang mengulangnya perlahan-lahan,tetapi jelas. Hembusan terakhir nafas abang melepaskan perlahan tanganku dari genggamannya. Abang pergi menyambut panggilan Ilahi. Sebelum kuselimuti seraut wajah manis abang yang pernah menceriakan hidupku dulu,menepis segala kepahitan jiwaku,kukucup dahi abang sekali lagi dan kusedekahkan Fatihah buat dirinya. Walau hati ini tersayat luka namun aku gembira kerana pernah menjadi seorang isteri kepada lelaki yang soleh dan telah membimbingku ke jalan bahagia ini…Terima kasih abang.

Jenazah abang Hadi kami kuburkan di tanah suci. Itulah harapan yang pernah disuarakannya satu ketika dulu, sebelum kami sampai disini. Sewaktu bermulanya perkenalan kami lagi, “Insya Allah,saya teringin sangat mengakhiri riwayat hidup saya di Tanah Suci.” Itulah jawapannya bila kuajukan soalan tentang impian hidupnya.
Warkah terakhir darinya kubuka dan kubaca sekali lagi. Warkah yang diminta supaya aku membacanya apabila kami selesai menunaikan ibadah haji dan pulang ke tanah air.

Sayang,
Bila bumi memanggilku kembali,
Bila jasad ini tidak bernyawa lagi,
Ketahuilah hanya engkau pernah menjadi permaisuri hati,
Melengkapkan citaku selama ini….

Bila kita saling terleka,
Atau semakin ditelan usia,
Atau terpisah oleh ketentuanNya,
Tetapkan hatimu pada kasih abadi,
Kasih Allah Rabbul Izzati….

Sejak dulu wajahmu menjadi ratu hatiku,
Doaku menginginkanmu,
Kutahu doamu pun begitu,
Tapi kau simpan suara hatimu demi jihad itu,
Ini yang membuatkan hatiku semakin tertawan padamu…..

Syukran temanku,suriku,cahaya hidupku,
Abadikanlah kenangan dan kasih kita bersama keakhirnya,
Walau antara kita terpisah jasad dan nyawa……
Iman,amal dan taqwa tetap bersemi di hati selamanya….

Seutuh kasihmu sayang,adalah dambaan hatiku….syukur atas rahmat Tuhan yang satu… …. ….

Ikhlas mencintaimu...
Abang….

Kulipat kemas warkah abang dan kusimpan dalam diari hijaunya. Ya,warna kegemaran kami berdua. Ada lakaran wajahku pada muka terakhir diari itu. Aku tersenyum. Kukucup wajah abang dalam gambar yang kulekatkan dalam diariku. Wajah manis itu seakan menyambut kucupanku.

“Mak..” Lamunanku tersentak. Soleh menghampiriku. 6 tahun berlalu, anak-anakku sudah membesar semuanya. Membesar dengan kasih sayang dan pesan ayah mereka supaya selalu menegakkan Islam walau dalam apa jua perkara. Bahagia inilah yang pernah kurasai dulu. “Mak,adik tanya,jihad tu..apa maksudnya mak….” kata soleh menggaru-garu kepala. Kubelai rambut anakku dengan penuh kasih sayang. ”Sekejap lagi mak datang..” balasku Anakku mengangguk-ngangguk dan menyimpulkan senyuman,seiras wajah ayahnya. Akan ku jelaskan maksud jihad sejelasnya kepada anak-anakku kerana ANUGERAH JIHAD INI lah yang telah membawa sinar kebahagiaan dalam kehidupan kami sekeluarga hingga ke detik ini. Amin…

~Kalimah Cinta: Mudah Dilafaz Tapi Sukar Dibuktikan~

CINTA adalah urusan hati. Tahap ketinggian cinta seseorang, tidak dapat dinilai oleh panca indera yang ada. Cinta yang dilafazkan oleh jutaan umat Islam dewasa ini semakin hambar. Kata-kata cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan Islam, hanya tinggal slogan kosong tanpa ruh lagi. Cinta umat Islam kepada Allah dan rasul-Nya, telah terhakis oleh faham kebendaan semakin mendapat tempat dalam hati manusia.

Keyakinan kepada yang ghaib dianggap sebagai tahyul dan khurafat. Akhirnya, cinta yang didakwa segar dan mekar, sebenarnya palsu. Mereka mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi tidak cintakan Allah dan Rasul-Nya.

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman sangat cinta kepada Allah."(Al-Baqarah: 165)

Cinta mempunyai beberapa tanda. Orang yang sedang bercinta akan memaparkan alamat-alamatnya yang amat jelas. Begitu juga dakwaan cinta kepada Allah dan RasulNya. Sewajarnya dibuktikan dengan tanda-tandanya yang dapat disaksikan. Kecintaan seseorang kepada Allah, akan menjadikannya selalu ingat kepada Allah. Dalam apa juga keadaannya, Allah sentiasa dalam ingatan.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (iaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi."(Ali Imran : 190 -191).

Selalu ingat kepada kekasih adalah lumrah orang bercinta. Ucapan cinta yang tidak disertai dengan "ingatan rindu" pada si dia, adalah ucapan cinta palsu.

Bahkan, sebenarnya, menyebut nama Allah adalah satu perintah dari-Nya, dan bukan semata-mata tanda rindu kepada-Nya.

"Wahai orang yang beriman, sebutlah Allah dengan sebutan yang banyak" (al-Ahzab : 41)

Lazimnya, ingatan orang yang bercinta, selalu tertumpu kepada kekasihnya. Setiap peristiwa yang dilaluinya, akan mengingatkan dia kepada nostalgia ketika bersama-sama dengan kekasihnya. Bicara hatinya akan selalu ditujukan kepada buah hatinya. Puisi-puisi indah akan diukir sebagai tanda ingatan pada kekasihnya. Bagi orang yang beriman, salah satu wasilah untuk mengingati Allah ialah melalui solat. Dengan solatlah pertemuan dengan kekasihnya dilakukan. Dalam solatlah dilafazkan pengagungnya dan harapannya. Solat itu menjadi indah dan mengasyikkan.

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati Aku" (Thaaha: 14)

Dakwaan cinta yang tidak selalu mengingati Allah, khususnya meninggalkan solat adalah dakwaan palsu. Allah menyebut golongan ini sebagai golongan munafik, kerana ucapan lidah mereka tidak menepati apa yang ada di dalam hati mereka. "Sesungguhnya orang munafik itu menipu Allah, dan apabila mereka berdiri untuk solat. Mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan solat) di harapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali" (an-Nisaa:142). Apa yang jelas daripada ayat tersebut, orang munafik mengingati Allah, tetapi ingatan mereka kepada Allah sedikit sahaja. Dalam membicarakan hal ini, marilah kita mencerminkan diri kita.

Adakah kita telah dan sedang mengingati Allah selayaknya orang yang mengaku cintakan Allah? Alangkah tidak patutnya kita hanya ingat kepada Allah dalam solat lima waktu sehari semalam. Lebih tidak patut apabila dalam solat, kita ingat "si dia" yang selain daripada Allah. Bukanlah ungkapan ini untuk menyatakan kemunafikan seseorang, tetapi untuk berhati-hati agar cinta dakwaan kita itu cinta yang sebenarnya. Saidina Umar, pernah bertanya kepada Huzaifah al-Yaman, tentang sama ada dia termasuk orang munafik. Inilah antara contoh orang yang khuatir tentang yang khuatir tentang kedudukan dirinya, walhal kita semua maklum keunggulan Umar. Cinta kita kepada Allah, seharusnya sentiasa panas dan segar, sesuai dengan nikmat yang banyak daripada-Nya.

"Kerana itu, ingatlah kamu kepada-Ku nescaya Aku ingat(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku "
(al-Baqarah : 152)

Sabtu, 30 Oktober 2010

~Kalau Allah Dikenali~



Kalau Allah kita kenali, segala-galanya jadi mudah bagi kita...
jika Dia kita fahami, perjalanan hidup kita lebih terjamin dan selamat...
jika Dia kita kasihi, hati sentiasa tenang dari gundah gulana duniawi...
jika Dia kita cintai, rasanya amat indah sekali bila cinta itu berbalas...
Ya Allah...jadikan kami hamba-hamba yang sentiasa mencintaiMU..
tidak lagi hanyut dengan godaan dunia..
tidak lagi lalai dan leka dengan nikmatMU..
sentiasa bersyukur dengan rahmat dan kurniaan dariMU Yang Maha Pengasih..
Ya Rahman..jadikan kami hamba-hamba yang sentiasa sujud meminta keampunan dariMU..
yang menangis hanya kerana takutkan azabMU..
yang menjadikan Engkau tempat mengadu bagi segala kesulitan..
terimalah taubat kami Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim...
Amin Ya Rabbal 'alamin...

Jumaat, 29 Oktober 2010

~Kembara Hidup Seorang Hamba~

Demi masa yang kita lalui
Perlu dihargai jangan ia dibaziri
Kehidupan yang kita kecapi
Kurniaan Ilahi
Perlu ia disyukuri

Kadangkala kita tak menduga
Ujian berlaku tiap masa

Kuatkanlah usaha
Jangan mudah putus asa
Berserah padanya

Kau pastikan berjaya
Mengharunginya dengan
Penuh keyakinan

~Mencari ketabahan~

Kelmarin hanya tinggal kenangan
Bersama peristiwa semalam
Adakah hari ini yang ku tempuh
Kan bersinar untuk hari esok

Benarlah apa yang telah dikata
Penantian itu satu penyiksaan
Kepastian membunuh kerisauan
Ketabahan mendamai keresahan

Rabu, 27 Oktober 2010

:)

i'm holding back da tears..
i walk,try to lessen my weight heart..
to a place neither close nor far...
where different of me stands..
i will not cry...

i'm holding back da tears..
i run, adding to da weight of my faith..
to a place that is neither high nor low...
where different of me stands..
with a small smile..
i can laugh...

~Balaslah Kejahatan Dengan Kebaikan~ :)

Di satu sudut pasar Madinah Al- Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta. Hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya dia selalu berkata, "Wahai saudaraku janganlah kami dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya."

Namun tanpa disedari pengemis Yahudi buta, setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan. Tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Begitulah yang dilakukan oleh baginda pada setiap hari sehinggalah ke saat kewafatannya.

Setelah kewafatan Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari Abu Bakar Radhiallahu Anhu (RA) berkunjung ke rumah anaknya Aisyah. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?"

Aisyah menjawab pertayaan ayahnya, "Wahai ayahanda, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja."

"Apakah itu?", tanya Abu Bakar RA.

"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana," kata Aisyah.

Keesokan harinya Abu Bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Beliau mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.

Ketika Abu Bakar RA mulai menyuapkan nasi, si pengemis itu marah sambil berteriak, "Siapakah kamu?"

Abu Bakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa."

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," jawab si pengemis buta itu.

"Apabila dia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapkan aku tetapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut," pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar RA tidak dapat menahan air matanya. Beliau menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang daripada sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. Beliau adalah Muhammad Rasulullah SAW."

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar RA, dia pun menangis dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya. Dia tidak pernah memarahiku walau sedikit pun, malah dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Dia begitu mulia.."

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadah dihadapan Abu Bakar RA.

~Tips bangun SUBUH awal~ :)

Ramai di kalangan kita yang mengalami kesukaran untuk bangun awal pagi dan mendirikan solat Subuh di awal waktu.

Masalah ini terjadi atas beberapa sebab; antaranya ia telah menjadi tabiat, tidur lewat dan perasaan malas.

Berikut adalah beberapa panduan atau tips yang boleh dicuba oleh kita bagi mengatasi masalah ini :

1. Tidur awal; sekitar 10 atau 11 malam supaya tidur anda mencukupi.

2. Ambil wuduk sebelum tidur.

3. Tanam azam di dalam diri untuk bangun awal.

4. Baca surah Al-Mulk, tiga Qul dan doa sebelum tidur.

5. Pasangkan niat; 'Aku nak bangun pukul sekian kerana Allah.'

6. Maafkan semua orang sebelum tidur.

7. Elakkan makan makanan berat sebelum tidur.

8. Elak diri dari melakukan maksiat sebelum tidur.

9. Gunakan jam loceng atau alarm di telefon bimbit untuk membantu anda. Pastikan ia berkualiti.

10. Minta tolong orang lain seperti ibu atau rakan untuk mengejutkan anda. Mungkin minta mereka simbahkan air atau urut ibu jari anda sekiranya masih sukar untuk bangun!

Panduan di atas memerlukan sedikit latihan. Namun insyaAllah, Allah pasti tolong kita sekiranya kita MAHU.

Isnin, 25 Oktober 2010

~Jejak Cinta~


Berdiri aku di sini...
Menatap mentari terbit lagi...
Membawa cahaya menerangi hari...
Dan saat itu masih ku nanti...
Kita sama punya cinta...
Yang menunggu di hadapan sana...
Biarpun berliku ditempuh jua...
Cekal dan tabah azimat jiwa...
Tika ujian datang menduga...
Tidak berputus asa dan kecewa...
Andainya rebah bangkit semula...
Berserah mengharap rahmatNYA..
Sama melangkah seiringan...
Mengejar sebuah impian...
Dengan semangat keyakinan...
Menuju ke arah kejayaan...
Bertekad penuh keazaman...
Gemilang kan pasti di genggaman...
Jangan lupa memohon padaNYA...
Tawakkal berdoa sentiasa...
DIA lah penentu segala...
Apa dikurnia ada hikmahnya...
Di sana tiada jalan yang mudah...
Hanya yang sabar kan terus melangkah...
Berbekal keimanan di dada...
Dan usaha pasti akan berjaya...insyaAllah..amin..:)

Ahad, 24 Oktober 2010







Terima kasih wahai Tuhanku..

Yang sentiasa melimpahkan rahmatMU...

Membenarkan aku menghadapMU Tuhan..

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang...

Untuk bercakap denganMU Tuhan..

Mengizinkan ku minta padaMU..

Memuja memuji sepenuh hatiku..

Memohon munajat padaMU Ya Rabbi..



Tapi aku khuatir ketika menghadapMU..

Tidak pula pandai beradab denganMU..

Aku mula bimbang kalau aku derhaka..

Dalam ketaatan bukan rahmat dariMU yang ku dapat...

Tapi ku kan dapat kemarahanMU...

Ya Rabbal 'alamin...maafkanlah aku...

Jumaat, 22 Oktober 2010

~AkU MeRiNdUiMu~



Tidak dapat ku gambarkan...

Rindu yang lahir dari hati ini...

Hanya yang mampu untuk ku lafazkan...

Aku merinduimu...


Terasa amat jauh diri ini...

Kerna kau tiada di sisi...

Bergenang air mataku...

Bila terkenangkan wajahmu...


Ummi...Abah...

Dari jauh ku pohon restu...

Doamu titian kejayaanku...

Nasihat darimu ku ingat selalu...

Tersemat di kalbu...


Ya Allah...
Berkatilah ku dalam mencari ilmu...

Dengan Redha-Mu...

Moga ku jejaki tempat yang dituju...

Amin Ya Rabb...

Rabu, 20 Oktober 2010

~Berkapel & Displin Dalam Bertunang~ :)

Soalan

Saya telah berkenalan dengan seorang pemuda yang alim dan warak orangnya. Dia banyak memberi nasihat dan panduan agama kepada saya. Sejak berkenalan dengannya, saya telah banyak berubah. Saya mengikuti nasihatnya agar menutup aurat dengan sempurna dan tidak meninggalkan solat lima waktu. Saya dapat rasakan ada perasaan indah yang timbul dalam hati sanubari saya terhadapnya. Saya selalu berangan-angan agar dapat bersamanya sebagai suami isteri suatu hari nanti. Ustaz, apakah yang saya lakukan ini dalam keredaan Allah? Tidakkah saya berubah kerana pemuda tersebut, bukan sepenuhnya kerana Allah SWT? Bagaimana untuk memastikan agar saya sentiasa berada di landasan yang betul?

Terima kasih atas kesudian ustaz menjawab persoalan ini.



Jawapan

Tahniah, kerana bertemu dengan pemuda yang alim dan warak. Dalam hal yang melibatkan hubungan lelaki dan wanita, Islam cukup teliti dan sering dituduh sebagai ‘konservatif' dari kacamata barat. Hakikatnya, Allah maha bijaksana dan amat mengetahui baik dan buruk untuk manusia di dunia dan akhirat.

Justeru, jika dilihat dari apa yang telah meresapi hati saudari, bolehlah di katakan saudari sudah ‘jatuh hati' kepada si pemuda tadi serta memasang niat baik untuk mempersuamikannya. Sebagai manusia biasa, ia sememangnya satu niat dan perasan yang sukar di tolak. Bagaimanapun, saudari perlulah mengawal semua batasan perhubungan dengan pemuda tadi bagi mendapat keredhaan Allah. Tindakan berikut perlulah saudari lakukan :-

1) Meluahkan hasrat secara berselindung tetapi boleh di fahami kepada pemuda tadi untuk membina "rumahtangga" bersama. Ia berdasarkan tindakan Khadijah yang menggunakan orang tengah, dan juga seorang wanita lain yang tanpa segan silu menyatakan hasratnya kepada baginda SAW. Imam Al-Bukhari di dalam sohihnya meletakkan satu bab bertajuk " Wanita mendedahkan / menawarkan dirinya kepada lelaki Soleh" (Rujuk Kitab Nikah); juga terdapat satu riwayat bahawa Anas r.a berkata di sisi anak perempuannya :

Ertinya : "telah datang seorang wanita kepada Rasulullah SAW lalu menawarkan dirinya (untuk menjadi isteri baginda) ; berkatalah wanita itu : " Adakah dikau punyai hajat kepadaku? " ; maka anak perempuan Anas menyampuk : " Alangkah kurangnya malu si wanita itu dan amat malunya perbuatannya " ; maka Anas menjawab : " Dia lebih baik darimu, ia berkehendakkan Nabi SAW lalu menawarkan dirinya kepada baginda SAW" ( Sohih Al-Bukhari, 7/17 ).

Imam Ibn Hajar menegaskan tiada catatnya wanita menawarkan dirinya untuk menjadi isteri kepada seorang lelaki ( Fath al-Bari, 9/175 ).

Justeru, jangan terlalu terpengaruh kononnya orang wanita tidak boleh melamar si pemuda yang baik lagi warak. Teruskan hasrat dan jangan bertangguh dalam melakukan hal yang baik. Malah Khawlah bt Hakim adalah dari kalangan wanita yang menawarkan dirinya kepada Nabi SAW ( Sohih al-Bukhari, 7/15)

2) Saudari diizinkan untuk menjemput pemuda itu ke rumah saudari bagi memperkenalkannya kepada kedua Ibu bapa saudari. Syaratnya, mestilah dengan kewujudan ibu bapa atau ‘wali' lain di dalam majlis itu. Saudari dibenarkan untuk berada bersama di ruang tamu (dengan menutup aurat lengkap) dan tidak perlulah bersembunyi di dalam bilik. Ia berdasarkan hadith-hadith yang mengizinkan lelaki dan wanita yang berniat untuk kahwin, bagi mengenali dengan lebih dekat bakal pasangan masing-masing.

Antaranya dalilnya : "telah datang kepada Nabi SAW seorang lelaki lalu menceritakan bahawa ia ingin memperisterikan seorang wanita Ansar, maka Nabi bersabda : "Adakah kamu telah melihatnya? : "Belum jawabnya" ; Nabi menjawab :

Ertinya : "Pergilah kamu melihatnya kerana di mata wanita Ansar ada sesuatu (tanda)" ( Riwayat Muslim).

Juga pesan Nabi kepada Mughirah bin Syu'bah selepas mengetahui ia ingin meminang seorang wanita : " Pergilah melihatnya, sesungguhnya ia lebih menjamin berkekalannya - bagi menilai kesesuaian- (perkahwinan) kamu berdua" ( Riwayat Ahmad, At-Tirmidzi, Ibn Hibban ; Hasan menurut At-Tirmidzi no 1087, cet Maktabah al-Ma'arif ; Sohih menurut Albani ).

Perlu diingat bahawa melihat bukan hanya dengan mata, tetapi ia juga membawa maksud suatu meninjau sikap, budi bahasa, cara hidup dan apa-apa info yang dapat menambahkan ketepatan pemilihan pasangan (kecuali yang HARAM dibuat dan dilihat). (Fiqh as-sunnah, Sayyid Sabiq, 2/23 dengan tambahan, Nizom al-Usrah, Dr Muhd ‘Uqlah, 1/206)

3) Jangan bertangguh atau berhubung tanpa ikatan sah terlampau lama, ( Nizom al-Usrah, 1/216) kerana ia amat mudah membawa keapda yang haram. Perihal berangan-angan saudari tadi juga bukanlah sesuatu yang baik untuk diteruskan. Nabi SAW menyatakan :

Ertinya : " Tidak dilihat (penyelesaian) bagi dua orang yang cinta-mencintai kecuali NIKAH " ( Riwayat Ibn Majah, al-Hakim, sohih menurut al-Hakim, As-Suyuti , Al-Jami' As-Soghir, no 7361, 4/397 cet Jahabersa).

Syeikh Al-Munawi menegaskan ubat yang terbaik bagi pasangan yang sedang asyik bercinta dan kasih adalah Nikah ( Faidhul Qadir, 5/294)

4) Jangan menghebahkan kepada awam sekali mana belum di ijab kabulkan, kerana ikatan ‘janji untuk berkahwin' boleh membawa fitnah dengan mudah. Ia juga boleh terungkai dengan beberapa cabaran semasa pertunangan. ( Nizom al-Usrah Fil Islam, 1/214)

5) Jangan bertemu berdua-duaan di luar, sama ada di tempat terbuka atau tertutup, kecuali diiringi mahram lelaki yang telah dewasa dan mampu menilai baik buruk menurut Islam. Saya nyatakan begini kerana ramai juga mahram lelaki yang ‘merapu' dan tidak langsung punyai ilmu tentang batas hubungan lelaki wanita menurut Islam. Kehadiran orang seperti ini, akan membiarkan maksiat berlaku di antara dua insan tadi, oleh itu individu sepertinya tidak mencukupi syarat yang ditetapkan Islam.

6) Mengurangkan komunikasi yang tidak berkenaan, serta mengawal isi kandungan perbincangan dari yang membawa syahwat. Mengetahui hati budi bakal pasangan menggunakan alatan media elektronik seperti email, surat dan sms lebih baik dari bercakap dalam banyak keadaan (kerana mendengar suara mudah menaikkan syahwat). Bagaimanapun, saya tidak menafikan email, surat dan sms juga boleh menaikkan syahwat, tetapi saya kira secara ‘verbal' lebih mudah.

7) Kerana perbicaraan adalah panjang dan dalil amat banyak, ringkasan perkara perlu ( semuanya menurut dalil al-Quran & Al-hadith) dijaga seperti berikut :-

a.Haram bersentuh, menyentuh satu sama lain.
b.Haram ber"dating" dan berkapel tanpa disertai mahram yang thiqah.
c.Haram berbicara dan bersembang dengan syahwat sama ada sms, phone, chat, mesengger.
d.Awas fitnah masyarakat sekeliling.
e.Awas fitnah dalam diri anda dan pasangan.
f.Haram melihat kepada aurat masing-masing.
g.Awas daripada bertukar gambar.
h.Awas daripada hebahan umum sebelum di ijab kabul.

Ingatlah wahai anak-anak muda sekalian, sebarang perilaku 'ringan-ringan' dan dosa yag dikerjakan dalam hubungan sewaktu pertunangan boleh memberikan serba ringkas gambaran bagaimana tingkah laku pasangan selepas berkahwin. Jika semasa berpacaran dia suka meraba-raba, demikian jugalah dia apabila sudah berkahwin kelak (kecuali sesudah dia bertaubat sebenar-benar taubat). Malangnya bukan dengan isteri atau suaminya selaku pasangannya yang halal, tetapi dengan individu lain sebagaimana tergamak dia melakukannya dengan isteri dan suaminya sebelum mereka kahwin.

sekian,wassalam..:)

http://www.zaharuddin.net/lelaki-&-wanita/212-antara-displin-islam-dalam-pertunangan.html

Selasa, 5 Oktober 2010

Bersabarlah Duhai Hati

Kehidupan ini adalah permainan dalam pelbagai adegan yang mencabar dan penuh dugaan serta ujian Allah. Sesungguhnya segala dugaan bertujuan menguji kesabaran dan tahap keimanan seseorang hamba.

Apabila terujinya seseorang hamba, maka segala mehnah dari-Nya itu adalah sebagai penghapus dosa yang menggantikan hukuman di akhirat kelak.

Kadangkala apabila diuji, kita merasa cukup kuat dan kental jiwa untuk menempuh segala dugaan yang mendatang, namun ada masanya pula kita cukup lemah dan merasa hampir rebah dalam perjuangan meniti kehidupan

Ada kalanya kita berupaya melepasi ujian itu, namun ada kalanya juga kita merasakan tidak berupaya menghadapinya lantas merungut dengan apa yang berlaku.

Sesungguhnya tidak kita nafikan, ada ketika kita tidak mampu mengelak daripada menghadapi tekanan dalam menjalani kehidupan. Pelbagai tekanan dihadapi menyebabkan kita hilang semangat dalam menempuh cabaran dan dugaan yang datang silih berganti atau secara bertimpa-timpa.

Lihatlah betapa lemah dan kerdilnya kita, begitu cepat hilang pergantungan sedangkan Allah SWT sedang menduga.

Ujian yang dihadapi oleh manusia di dunia ini adalah dalam dua bentuk iaitu sama ada kesusahan atau kesenangan. Kedua-dua ujian itu benar-benar menguji kita sebagai hambanya.

Ingatlah bahawa kehidupan di dunia yang meliputi kemewahan dengan segala pangkat kebesaran dan kesenangan itu adalah sekadar ujian. Sesungguhnya hanya bagi mereka yang terpedaya yang akan hanyut dengan ujian ini.

Sedangkan dugaan kesusahan dan kesengsaraan di dunia pula, kadangkala membuatkan kita rasa lemah dan putus asa. Kadangkala kita seringkali mengeluh dengan apa yang ditetapkan untuk kita, dan seringkali jua kita persoalkan itu dan ini tentang takdir yang telah tertulis oleh-Nya. Apakah dengan penerimaan sebegini kita fikir kita cukup redha dengan ketentuan-Nya? Kadangkala pula kita seringkali merumuskan itu dan ini tentang ketetapan-Nya.

'Jikalau dugaan ini tiada, sudah tentu aku begini...'
'Jikalau ini tidak terjadi sudah tentu aku begitu.... '

Apakah kita fikir kita lebih tahu dari Dia yang menciptakan kita? Dan apakah kita fikir kita sebenarnya lebih tahu apa yang terbaik untuk kita?

Subhanallah. Maha suci Allah!

Sudah tentu kita hamba yang kerdil ini tidak tahu apa-apa berbanding Dia yang Maha Sempurna. Namun tanpa kita sedari segala persoalan yang timbul dibenak kita sebenarnya telahpun terjawab dalam Kalam Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan sesuatu, maka Dia juga Maha Mengetahui persoalan yang bakal timbul di fikiran hambaNya. Maka Dia lebih dahulu menjawab persoalan itu dalam ayat-ayat-Nya.

Inilah jawapan Allah tehadap persoalan yang kadangkala timbul dalam hidup kita.

Kenapa semua ini terjadi padaku?

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah : 216)

Kenapa terlalu berat ujian ini?

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan Kesanggupannya." (Al-Baqarah : 286)

Terasa kehidupan ini sudah tiada maknanya lagi bagiku. Mengapa?

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (Ali Imraan : 139)

"... ..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (Yusuf : 87)

Bagaimana harus ku hadapi semua ini?

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk." (Al-Baqarah : 45)

Apa yang akan kudapat daripada semua ini?

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.." (At-Taubah : 111)

Kepada siapa harus aku berharap?

"Cukuplah ! Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal." (At-Taubah : 129)

Berimankah aku?

"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta?" (Al-Ankabut : 2-3)

Renungi dan redhalah terhadap ketentuan Allah SWT. Pasti tersingkap hikmah yang tersembunyi di sebalik setiap ujian-Nya. Bersabarlah duhai hati. Moga kita menjadi hamba yang redha dan diredhai-Nya...:)